Seperti Kisah Bodoh yang Menyenangkan


Percayalah. Gerimis dan dingin itu menginspirasi.
Apalagi kalau ini pekan-pekan yang sedikit membosankan, kau sendirian di kedai kopi yang isinya orang pacaran semua, Jamaica coffee yang biasa kau pesan rasanya sedang tak bisa kau bedakan dengan Aceh Gayo, earphonemu ketinggalan, telingamu pasrah dengan lagu yang diputar berkali-kali, dan tulisan yang mesti kau selesaikan malam ini menguap idenya entah ke mana.
Dingin?
Ah, yang benar saja. Dua hari ini Pekanbaru dingin sekali. Hujan yang hadir semalaman, cuaca mendung yang tak tahu kapan hilang. Udara dingin yang memaksa jaket terus melapisi kulit. Serta gerimis yang sulit ditebak.
Dan, gerimis di luar jadi semakin menginspirasi. Jelas menginspirasimu melakukan hal-hal yang kurang penting.
Beberapa hari ini saya sudah menghabiskan beberapa film yang membuat cara pandang saya sedikit berubah, senyum-senyum sendiri, ketakutan sendiri, mengharu biru mengusap air mata dan kegirangan karena menemukan waktu kosong untuk menghabiskan semuanya.
Begitu juga dengan waktu yang lebih banyak dihabiskan sendiri. Makan, toko buku, nonton, kopi dan jalan-jalan yang tidak jelas.
Entah sampai kapan
***
“Em, kamu pernah suka sama aku, vin?” Tanya seorang perempuan
Pertanyaan yang tiba-tiba melemparku ke masa lampau. Masa remaja, coming of age, cinta pertama dan segala hal yang bukan pura-pura.
“Uh, em, bukannya kamu sudah tahu, oh enggak, bukankah semua orang sudah tahu?” tanyaku sedikit terintimidasi.
“Enggak, em tahu, tapi kan enggak pernah dengar langsung dari kata-katamu” balasnya yang semakin membuatku terintimidasi.
“Oh”
“Iya aku menyukaimu, dulu”
Tidak ada keheningan, tengah malam itu kami mengobrol panjang lebar. Waktu makan malam yang begitu panjang, dan begitu jauh.
Kami sudah bersama sebagai sahabat bertahun-tahun.
Obrolan yang serius tadi menguap dibawa dinginnya malam, meskipun aku yakin perasaan kedua manusia dalam obrolan tadi tetap terbawa namun semakin dewasa tadi menjadikannya sebagai kuasa di masa lalu saja.
Setidaknya, obrolan yang tidak dingin tadi seperti menggambarkan perasaan saya setelah menonton film Sing Street karya dari John Carney yang membius ubun-ubun saya sampai ke ujung kaki.

Perasaan yang menyenangkan.
***
Aku terjaga di tengah malam pada dua hari yang begitu dingin ini, pikiran menerawang di hari-hari sebelumnya.
Ah, aku butuh liburan. Yang jauh. Sendirian.

Comments

Popular posts from this blog

Daya Tarik Pasar Bawah Pekanbaru

Ketika Dunia Digital Membuat Candu

Tinggal Satu