Patah Hati yang Sederhana

“Aku patah hati”

Begitu kata Hanum singkat dari ujung telepon


Janu hanya diam, dia tahu tidak ada yang paling berbahaya dari perempuan yang sedang patah hati. Dia berusaha memikirkan kata-kata yang tepat untuk balasan dari kalimat yang pamungkas itu.

Hanya suara sesenggukan yang terdengar dari ujung telepon

Dan Janu masih juga belum menemukan kata-kata yang tepat untuk meneduhkan hati yang sedang hancur itu.

Bagaimana mungkin, Hanum adalah perempuan yang dia kagumi sejak tiga tahun lalu. Entah bagaimana bisa hanya dengan melihat foto yang muncul dari Instagram dapat membuatnya jatuh hati tanpa alasan apapun.

Sungguh dunia maya yang absurd pikir Janu waktu itu. 

“Janu?”

Panggil Hanum dari seberang telpon dengan suara paraunya, terdengar sekali tangisannya juga belum berhenti.

“Em…”

Otak Janu berputar hebat, membayangkan wajah manis Hanum menjadi sendu akibat tangisan patah hatinya itu.

Janu mulai berkata-kata dalam hati 


Saya menyukai laut.

Dengan matahari  terbenam, langit cerah, karang, kursi meja berpayung, pasir, pantai dan semua yang menyertai laut.

Saya menyukai laut seperti saya mengagumi dia

Di dalam hati saya, laut dan dia selalu menari dengan sama cantiknya. Saya tak bisa memisahkan keduanya. Laut selalu mengingatkan saya pada dia, begitupun dia mengingatkan saya pada indahnya laut.

Sudah sering sekali saya mengatakan ini. Saya selalu kesulitan setiap kali diminta mengungkapkan, menuliskan, atau melukiskan betapa cantiknya dia.
Karena saya tak terlalu pandai dalam berbicara, hanya sedikit bisa menulis, dan sama sekali tak ada bakat menggambar, apalagi  melukis.

Jadi, kalau ingin tahu tentang bagaimana cantiknya dia, kalian cukup bayangkan bagaimana indah hamparan birunya laut, pasir putih, langit senja, semburat awan, dermaga kecil, suara kepak burung, dan lain-lainnya yang kemudian membentuk suatu harmoni utuh dan menenangkan. 

Itulah yang dia punya. Cantik, indah, dan teduh yang sangat menenangkan.

Saya mengaguminya, dan tidak butuh waktu lama untuk mengatakan bahwa saya mencintainya. 

Sampai akhirnya saya tahu. Bahwa hatinya dulu untuk orang lain, bukan saya.
Dan saya masih tetap nekad mencintainya. Saya masih berani berharap. Bahwa suatu ketika hatinya akan untuk saya.

Lalu kemudian saya sadar

 “Hanum?”
“Iya Janu?”
“Kamu jatuh cinta saja, biar aku yang patah hati”

klik
Tut tut tut tut… 

Tiba-tiba saja panggilannya terputus.

Ukh

Sungguh patah hati yang hakiki


@harisyavin
Gobah, 15 Februari

Comments

  1. Sungguh janu memiliki hati yg luar biasa bg..hihi..
    Keren bg,ngenak juga..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga ketemu sama lakilaki yang kayak gitu ya :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Daya Tarik Pasar Bawah Pekanbaru

Ketika Dunia Digital Membuat Candu

Tinggal Satu