Sedikit Kisah Tentang Perempuan Gagal Move On
“Jadi, kamu mau ninggalin aku?”
Sandi terdiam ketika ditanya Dian seperti itu, Sandi tidak
mengerti harus bagaimana untuk membuat perempuan yang satu ini tidak patah hati
meskipun dengan meninggalkannya saja sudah membuatnya sangat-sangat patah hati.
Dian masih saja tidak mengerti dengan Sandi yang selama ini dia
pikir adalah yang terbaik untuknya, setelah Dian lebih memilih Sandi daripada
Nicki, laki-laki pertama yang ia sukai sebelum Sandi dan ternyata mereka
berdua adalah teman baik.
Sungguh dunia yang penuh dengan teka-teki pikir Dian waktu itu
Dan kini, mereka berdua masih saling diam. Sandi tidak tahu ingin
berkata apa, sementara itu Dian masih menunduk dan menahan sesuatu yang ingin
ia keluarkan selepas pertemuan yang tentu akan sangat diingat ini, sebuah
teriakan atau jeritan patah hati yang hanya ia sendiri yang dengar.
Apakah sebegitu perihnya akhir dari hubungan percintaan, Tuhan ?
***
Hari-hari begitu sulit dilalui Dian, entah kenapa. Semua terasa
membosankan. Pergi berlibur keluar kota juga masih belum cukup membersihkan
kenangan-kenangan yang belakangan ini begitu bangsat untuk dilupakan, sangat
sulit.
Ini sungguh lucu. Satu atau dua orang yang orang yang hadir, lalu
seluruh sistemmu terobrakabrik karenanya.
Begitulah yang terjadi, enggan rasanya menerima lagi seseorang
dalam hidupnya setelah apa yang terjadi di masa lalu. Trauma? Tentu saja.
Meskipun banyak yang mencoba berusaha untuk mengobati luka lama
Dian, tetapi tetap tak satupun yang membuatnya tertarik, Dian juga masih belum
tahu alasan pasti kenapa masih seperti itu. Yang ia tahu, iya masih baik-baik
saja, meskipun itu omong kosong orang-orang yang lagi patah hati.
Sudahlah, Dian hanya ingin waktu yang dapat menyembuhkannya
Sementara itu mantannya, Sandi sudah menemukan cinta barunya.
Ukh! Brengsek!
***
(Dian)
Ingin rasanya segala umpatan kukeluarkan untuk melampiaskannya lagi
Itu seperti sudah menyusun kepingan-kepingan hati yang berantakan
dan hampir selesai namun kembali hancur karena hal-hal yang begitu bodoh.
Bagaimana bisa kisah cintaku serumit film-film nya Christoper
Nolan ya Tuhan?
Ah Sial! Aku merasa ini sangat lucu
Ingin rasanya kutancapkan sebilah pisau ke dada kalian yang
menertawakan perihal cerita ini, atau yang selalu berkomentar atas segala
perihnya tulisanku di media sosial. Tapi itu terasa percuma, tetap saja belum
bisa menyembuhkan segala hal yang menyesakkan dadaku.
Andai saja ada cara untuk mengatasi patah hati dengan mudah pasti
akan aku cari tahu bagaimana melakukannya
Atau mungkin aku harus mengikuti seminar patah hati ? ah
bodoh sekali. Tentu saja tidak semudah itu menyembuhkan hati yang sudah
patah. Membayar tiket seminar lalu mendapatkan snack dan juga teman baru yang
sama-sama patah hati. Namun juga mendengar berbagai kalimat motivasi tentang
patah hati yang pastilah sangat klise, omong
kosong.
Apa mungkin juga ada tutorial tentang mengatasi patah hati dengan
mudah di laman Youtube?
Sial! Pikiranku sudah kemana-kemana saja pergi.
Patah hati memang enggak bisa ditolerir
Tapi bentar, rasanya aku pernah mendengar seseorang berkata begini
padaku, “Kalo kamu Lapar, ya makan. Haus? ya minum. Sayang? ya bilang. Kalau
Ditolak? ya silahkan nangis. Ga bisa move on?, ya tunggu. Masih enggak bisa? Ya diem.
Susah amat!”
Kadang ada benarnya juga, tapi ingin sekali rasanya kutancapkan
lagi pisau ke dada sebelah kiri yang mengatakan itu untuk kedua kalinya. Biar
dia tahu kalau tidak semudah itu melakukan hal yang berkaitan dengan perasaan.
Bisa memang, tapi sulit. Sungguh sulit.
Aku selalu ingin move on dari patah hati, orangorang yang tidak
mau move on itu
punya kecenderungan depresi yang tinggi. Dan sialnya, depresi melahirkan
pikiran bunuh diri. Dan aku tidak ingin seperti itu.
Asal kalian tahu, tidak ada yang pernah benar-benar sembuh usai patah hati. Kita hanya
membuat luka-luka baru setelahnya.
Mungkin Tuhanku romantis. Ia buat aku patah hati berkali-kali,
agar ketika kami jatuh cinta. Hanya ada ia di kepalaku. Bukan yang lain.
Jadi, mari kita nikmati patah hati ini
***
Dian duduk berhadapan dengan seorang laki-laki, teman cerita yang
kadang menyebalkan, yang ingin sekali Dian menancapkan pisau ke dada laki-laki tersebut biar sama merasakan perih patah hatinya. Tapi kadang ia membantu meskipun tidak membantu bantu
banget, tapi ia tahu dengan bercerita dengannya ia punya kenyamanan sendiri,
semoga saja begitu.
“Jatuh cinta itu perkara mudah Dian. Tapi melupakan perlu kerja
keras untuk duduk lama sendirian, berkelahi dengan perasaan sendiri,
bayang-bayang masa lalu, lantas kau akan digerogoti kesunyian yang kau ciptakan
sendiri”
Dian hanya terdiam, sambil tersenyum tipis memandang laki-laki
tersebut
“Dan move on juga tak pernah mudah. Tidak semudah kau merindu dan
berkata...”
“Aku baik-baik saja Vin, sudahlah” balas Dian cepat
Panam, 25 Februari 2017
@Harisyavin
Comments
Post a Comment