Kecoa Yang Pantang Menyerah

Percuma
Bahkan saya paling tidak mengerti
benar apa esensi beberapa makhluk lain
diciptakan, seperti kecoa.
Saya penganut komunitas anti kecoa
Saya bahkan rela teriak-teriak dengan
frekuensi suara paling tinggi di kamar mandi hanya demi menikmati rasa
ketakutan saya terhadap kecoa, apalagi kalau doi sampai mengepakkan sayapnya terbang mengitari seisi kamar
mandi.
Jangan
dibayangkan buruknya situasi itu
Berpuluh-puluh kata sumpah serapah
terlepas keluar dari bibir saya yang penuh dosa ini demi merasakan sensasi takut serta
perasaan tak nyaman saat berada dalam situasi berduaan dengan makhluk tak layak
yang sejenis itu, kecoa.
Saya masih belum mengerti betul fungsi
dari hidup kecoa selain hanya untuk
di caci maki.
Saat saya dengan berani menghancurkan
kebahagian hidup diantara salah satu kecoa tersebut dengan secara brutal, dan
membunuhnya dengan perasaan yang tak bersalah. Saya dihinggapi rasa kepuasan
lahir bathin. Saya rasa perbuatan ini pantas saya masukkan ke dalam indeks prestasi di sebuah surat lamaran
kerja saya di kemudian hari andai ada kolom tentang “pencapaian dalam hidup”.
Saya masih tidak paham apa faedah kecoa diciptakan
Saya membayangkan jika saja di suatu
tempat di rumah saya yang gelap dan kotor, kecoa-kecoa
tersebut sedang bertemu satu sama lain, berkumpul, merencanakan sesuatu, dan
merancang strategi untuk mengkudeta dan memboikot saya dari kehidupan bahagia
yang telah saya jalani bertahun-tahun di rumah sendiri. Saya tak habis pikir
bagaimana jika mereka keluar diam-diam dari lubang kloset kamar mandi dan
segera merapatkan barisan dan bersatu untuk segera mengintimidasi saya sebagai
sang tuan pemilik rumah itu.
Dan jumlahnya ada beribu-ribu kecoa dengan
berbagai ukuran, mulai dari yang kecil berbentuk telur dan yang ukuran besar, dan kesemuanya telah mereka kembang biakan
sejak dulu.
Saya masih tak habis pikir sebegitu tak bermanfaatnya kecoa diciptakan
Saat saya tiba-tiba terbangun saya
sudah tak berbentuk utuh lagi, beribu-ribu kecoa memadati tubuh saya dan dengan
perlahan mereka menghancurkan bagian per bagian tubuh saya dengan cara yang
brutal seperti saya menghancurkan mereka di waktu lain. Mereka merobek-robek
dada hingga sampai ulu hati saya keluar dengan cara yang biadab. Begitu juga
saat mulut saya dipenuhi dengan kecoa-kecoa
yang keluar masuk dan merusaknya sampai hancur tak bersisa lagi, uh mulut saya yang sering saya gunakan
untuk mengucap sumpah serapah.
Hingga akhirnya saya mati tak
berdaging dengan cara yang brutal dan biadab
Lalu di kemudian hari, seluruh aspek
kehidupan manusia sudah diambil alih oleh bangsa kecoa.
Saya sadar jika kecoa yang bukan apa-apa selalu punya kejutan
Dan
saat saya mati
Saya paham benar bahwa saya yang
tidak bermanfaat untuk diciptakan
Dan sebaiknya
Saya harus segera mundur dari dunia
nyata yang penuh dengan kebencian dan prasangka ini, biar saya tahu bahwa hidup
tak melulu soal berimajinasi tentang kebahagiaan yang tak selamanya sempurna.
@Harisyavin
Taman Karya, 31 Mei 2017
@Harisyavin
Taman Karya, 31 Mei 2017
Comments
Post a Comment