Cerita Yang Sebaiknya Berguna
Ponselku
bergetar, kulihat pesan masuk.
“Nama
dia lagi” batinku
Kuabaikan
saja
***
Oh iya,
akhir tahun lalu aku sedang dekat dengan seorang perempuan. Teman yang tak
pernah kusadari cantiknya itu.
Dia
cantik, sangat cantik.
Tak peduli pentingnya dia bagaimana. Aku hanya tahu, dia
cantik.
Dia
manis, kupikir aku betah berlama-lama dengannya.
Aku suka cara di malu, dia
memegang lenganku.
Aku suka
cara dia lelah, dia meletakkan kepalanya di pundakku.
Aku juga
suka cara dia khawatir, dia memegang tanganku
Dan lagi,
aku lebih suka dengan cara dia ketakutan, dia memelukku, erat!
Nyaman ?
ya aku nyaman.
Senang?
tentu saja aku senang, sangat senang.
Tak
berhenti aku bertingkah bodoh di perjalanan pulang dari rumahnya, berteriak,
bernyanyi, dan tertawa sangat bahagia.
“ah,
kupikir aku sudah menemukan apa yang sudah kucari”
Sejak
itu aku menetapkan waktu untuk dia, untuk menetapkan hari-hari berikutnya
dengan ikatan yang pasti.
Dan
ternyata,
Tuhan
punya kisah lain.
Di malam
yang seharusnya aku berdua dengannya, aku berdua dengan yang lain.
Di malam
yang seharusnya aku bersama dia di bawah cahaya kembang api, aku telah bersama
dengan yang lain menatap percikan kembang api.
Dia tak
denganku malam itu, entah dengan alasan apa dia memilih untuk pergi dengan yang
lain.
Aku tak
peduli
Dan kupikir
aku sedang tak mencari siapa yang kubutuhkan untuk mengisi hati, aku masih
betah sendiri. Menemani hati-hati lain yang tersakiti yang membutuhkanku untuk berbagi
cerita.
Ah,
klise
Tapi
ya begitulah, ternyata aku masih betah sendiri.
Dan
kini, di waktu yang masih terasa awal tahun ini, aku masih ingin sendiri tanpa
siapapun.
Tanpa siapapun.
***
Kubuka
pesan masuk darinya, lalu kubalas
“Maaf,
baru buka ponsel”
Dan, Aku
benar-benar bodoh !
@Harisyavin
Comments
Post a Comment