Senja Dan Malam Yang Panjang
Aku melempar batu ke arah jauh laut lepas
sana, suara teriakan anak-anak bermain di tepi pantai mewarnai suasana sore
itu. Aku menerawang sejenak, sudah hampir dua jam aku duduk di atas batu tepi
pantai kota ini. Kota Kendal
***
Sudah lumayan lama aku tidak mengunjungi
kota ini, kota dimana ayahku dilahirkan. Kota yang berada di pinggir pantai
utara pulau Jawa, yang berbatasan langsung dari ibukota Provinsi Jawa Tengah
itu.
Cuaca malam itu sangat sejuk, dan aku
sedang berjalan menyusuri trotoar bersama seseorang.
“Kota ini banyak berubah kan?”
Aku terkejut, dia yang sedari tadi tak
banyak bicara kini mulai bersuara.
“Ah, iya iya. Aku sedikit pangling dengan
perubahan kota ini”
Jelas saja aku pangling, sudah hampir
delapan tahun aku tak mengunjungi kota ini. Juga bertemu dia, yang makin cantik
saja. Rambutnya yang terurai panjang dan harum tubuhnya yang membuatku betah
berlama-lama di dekatnya.
“Apa yang mau kamu tawarkan dari kota ini
sekarang?” tanyaku
Kami berhenti dan dia seperti berpikir
sejenak,
“Aku tidak tahu mau kemana, tapi ayolah
ikut aku” jawabnya sambil berjalan mendahuluiku
“Hey, kita mau kemana?” tanyaku
“sudah ikut saja” jawabnya meyakinkan
Dia memberhentikan sebuah angkutan kota
dan mengajakku naik. Sekitar hampir dua puluh menit akhirnya kami sampai di sebuah
tempat.
“Ini kota lama kan?”
Dia mengangguk lalu menarikku
“Ini taman Garuda Art Space, indah kan?”
“Um, tapi tak seindah kamu” kami tertawa
dan dia memukulku
Kami mengobrol banyak hal malam itu, dan
dia yang seperti dulu tak banyak berubah. Masih suka berbicara hal-hal aneh
dengan logat Jawa nya yang masih terasa. Menikmati jajanan pinggir jalan, dan
sesekali aku menghirup harum tubuhnya. Menyenangkan.
Aku beranjak
“Kita pulang, sudah hampir larut” kataku
Dia menyodorkan tangannya dengan manja
“dasar!” cetusku
Udara malam itu memang sangat dingin, aku
memberikan jaketku kepadanya Sepanjang pulang dia selalu menggenggam tanganku,
kedinginan. Lalu aku mengantarnya sampai ke rumah.
Dia menatapku
“Terima kasih buat malam ini” katanya
Hening panjang terdiam lama, detak
jantung lebih cepat tak biasa
Aku menarik nafas dan tersenyum, lalu
kudekatkan diri kepadanya. Kuhirup perlahan harum rambutnya yang sedikit
lembab, dia mendongakkan kepala.
Aku mengecup keningnya, terpejam. Dia
menggenggam tanganku.
Tak kuketahui bagaimana yang pasti
perasaanku malam itu, aku bertemu Sahabat lama dan melihatnya kembali
seperti sebuah keberuntungan. Dia semakin cantik setelah bertahun-tahun tak
menatapnya langsung. Aku seperti menyesali mengapa aku hanya sebentar di kota
ini.
Malam itu usai tanpa sisa
***
“Kamu tak mau pulang?” suara seseorang
membuyarkan lamunanku, lalu duduk di sebelahku.
“Sebentar lagi, aku mau nunggu senja
tenggelam” Senja terakhirku di tepi
lautan kota ini, dia menyandarkan kepalanya di pundakku. Aku tidak tahu mau
sampai kapan menyimpan perasaan untuk sahabat lamaku. Seperti tak sudi untuk
merusaknya dengan sebuah ungkapan ke hubungan yang rumit.
Harum tubuhnya menyenangkan
Dan kini, sepertinya aku harus
merelakannya untuk sekali lagi.
Comments
Post a Comment