Kabut Kota Bertuah
Pekanbaru,
tak banyak orang yang tahu dimana dan seperti apa kota Pekanbaru itu. Padahal
kota Pekanbaru merupakan ibukota dari provinsi yang memiliki sumber daya alam
terbesar dan menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar buat negara ini. Tentu
saja banyak hal menarik yang ada di kota ini. Gedung seni, perpustakaan unik,
stadion olahraga termegah, mesjid bergaya Timur Tengah dan masih banyak hal yang
lainnya bisa kalian temukan disini. Kalau Surabaya punya jembatan Suramadu,
maka Pekanbaru punya jembatan Siak. Meski tak sepanjang Suramadu, tapi jembatan
ini melintas di atas sungai yang paling dalam di indonesia. Tak hanya itu,
Pekanbaru juga punya ikon dan wahana
paling abstrak disini, kabut asap. Setiap tahun kalian akan temukan wahana
menarik ini memenuhi sudut kota.
Akhir-akhir
ini situasi udara di Pekanbaru dan beberapa wilayah disekitarnya semakin parah.
Kabut asap semakin pekat. Dan status di papan ISPU(Indeks Standar Pencemar
Udara) selalu berganti-ganti menunjukan kondisi Berbahaya dan Sangat
Tidak Sehat. Bahkan suasana pagi yang indah dan udara yang harusnya masih
bersih dan sejuk akan sulit kalian temukan disini. Udaranya tertutup asap. Ini
bukan seperti kabut di Puncak Bogor yang kalau pagi udaranya masih sejuk dan
dingin dipenuhi embun. Kalian akan kewalahan berpikir tentang udara pagi disini,
“ini embun apa asap?”. Yang jelas udara berkabut dan baunya aneh. Lain hal jika
disiang hari, biasanya Pekanbaru memiliki cuaca yang cukup terik. Maka jika
wahana ini muncul hanya akan terlihat kabut yang menguning menutupi jarak
pandang. Dan jika dihirup udaranya tercium bau amoniak yang sangat kuat. Penuh
racun.
Kalian
akan sulit temukan langit berwarna biru disini. Senja pun tak lagi indah. Jarak
pandang jelas terganggu. Hanya pemandangan anak-anak sekolah dengan wajah
tertutup masker akan sering terlihat disini. Bahkan pihak sekolah pun
kebingungan untuk mengambil waktu libur mereka. Wahana ini sulit ditebak.
Kalian tentu pernah menghirup asap motor kendaraan atau asap orang-orang yang
merokok disekitar kalian, dan tentu refleks untuk menutup hidung buat
menghindari zat beracun itu. Disini kalian tak bisa begitu. Di seluruh sudut
kota akan dipenuhi wahana asap ini, kalian akan kesulitan buat menghindar.
Apalagi jika memiliki orang tua atau saudara yang kerja diruangan terbuka, yang
dipenuhi dengan polusi udara yang tak biasanya. Kalian hanya bisa berdoa
sepanjang waktu semoga dia tak apa-apa diluar sana. Terbayangkan tidak dengan
kalian? Udara dikota ini tak lagi bersih dan pasti akan kalian hirup hampir
tiap harinya.
Wahana
yang ciptakan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab ini menyebar luas ke
kota lain. Tak hanya Pekanbaru tetapi kota-kota besar yang lainnya. Mereka membakar
lahan demi kepentingan pribadi dan membuat banyak orang harus menanggung
derita. Kesulitan bernafas, mata perih, aktivitas bandara lumpuh dan sekolah berhari-hari
diliburkan tanpa batas waktu yang pasti. Kami tak tahu sampai kapan kota kami
begini. Penderita Ispa sudah banyak ditemukan di kota ini, kalian akan miris
melihat airmata orang lain keluar dengan sendirinya.
“Terima
saja, wong nanti juga hilang sendiri” kata salah seorang bapak-bapak di
kedai kopi yang mendengar hal ini. Saya tersentak dengan jawabannya. Saya
mengerti dengan jawaban dia yang sudah biasa dengan udara di kota ini setiap
tahun. Tapi dia tak mengerti satu hal, tak semua paru-paru penghuni kota ini
mampu bertahan kuat dengan menghirup udara beracun ini setiap hari yang tanpa
tahu berhentinya kapan.
“Ya,
mau bagaimana lagi?” Katanya.
Saya
terdiam, otak saya berputar cepat mencari jawaban itu. Lalu,
“Bagaimana
jika istri dan anak-anak bapak yang mengalami penyakit paru-paru itu?”
Saya
bertanya balik. Bapak itu terdiam lalu meminum kopi yang ada didepannya. Tak
ada suara setelah pertanyaan itu. Begitulah yang kami alami, dilema dengan
keadaan. Di kota ini semua aktivitas sering terhambat. Pekerjaan juga sesekali
dilakukan tergantung udara diluar rumah. Untuk keluar berkumpul dengan teman-teman
saja berpikir dua kali. Masih ada hal yang lebih penting dari itu, menjaga
kesehatan. Dan jika kalian bertanya tentang salah satu ikon di kota ini, wahana
itulah jawabannya. Kabut asap.
Sekali-kali
datanglah kesini, ke kota Pekanbaru. Selain menikmati indahnya gedung seni Idrus
Tintin, uniknya perpustakaan Soeman HS, megahnya Stadion Utama Riau atau masjid
dengan bergaya Timur Tengah, Agung An-Nur. Kita nikmati juga udaranya yang
berasap yang rutin terjadi tiap tahun di kota ini. Ini Seperti banjir di
Jakarta, yang sudah menjadi rutinitas tiap tahun di kota itu. Hanya saja
keadaan kami di kota ini tak banyak diliput oleh media yang mungkin saja dapat
membantu kami disini untuk memberitahu kepada pemerintah pusat bahwasanya ada
sebuah kota yang tiap tahun benar-benar telah miris udaranya.
Kalian
akan mengerti setelah datang kesini di musim kemarau.
#30HariKotakuBercerita
@Harisyavin
Masyarakat dilema dengan keadaan tanpa tau harus berbuat apa?? Masyarakat menunggu kepedulian Pemerintah, apakah pemerintah menunggu keresahan membludak? Semoga tidak
ReplyDeleteKomentarnya membangun :)
ReplyDeleteTerimakasih Anisa
Terimakasih kembali :)
Delete